Selasa, 19 Juni 2012

Menjadi Guru Tidak Harus Sarjana Pendidikan

          Saat ini kalimat “PAPUA membutuhkan guru” sedang berkembang dan menjadi tranding topick. Kita dapat melihatnya di beberapa website komersial maupun pribadi atau kita dapat mendengar dari perkataan orang yang memang peka terhadap masalah yang terjadi di Papua saat ini khusunya problem di bidang pendidikan. Saya sendiri menyetujui kalimat itu bahwa memang Papua membutuhkan guru padahal  Majalah Selangkah menuliskan bahwa menurut data Dinas Pendidikan Provinsi Papua, saat ini Papua mengalami kelebihan guru yaitu SD kelebihan 3.313 orang, SMP kelebihan 357 orang, SMA kelebihan 402 orang, SMK kelebihan 109 orang guru,  kecuali guru TK masih kekurangan  254 guru (Majalah Selangkah; No 15 Tahun IX, Mei-Juni 2012; halaman 19 oleh Yulianus Kuayo; 56 % Usia Sekolah (0-19)di Papua Masih Belum Terlayani Pendidikan). Tapi kemana semua guru yang sudah didata tersebut, sampai orang menilai bahwa Papua membutuhkan guru?. Ini adalah masalah yang dihadapi kita bersama khususnya di Papua.
Terus terang, saya merasa senang melihat dan mendengar beberapa orang dari kalangan mahasiswa asli Papua membahas masalah kekurangan guru merupakan salah satu masalah yang serius di Papua. Guru yang ideal adalah guru yang mempunyai gelar dan memiliki kualitas dan kuantitas sebagai guru. Tetapi dengan melihat kondisi Papua saat ini saya mempunyai pemikiran tersendiri mengenai pola pikir orang lain tentang yang menjadi guru harus bergelar S.Pd. Saya berpikir bahwa  tidak harus lulusan S.Pd tapi SE, SH, ST, S.Farm, S.IP, S.Sos, S.S, S.Psik, SK, M. Kes, MM, MA, Dr, dr, Ir, Prof, Ex. Kuliah(pernah kuliah), Ex. SMA (Pernah SMA), atau S yang lainya, jika kita merasa Papua dan mengetahui bahwa Papua sangat membutuhkan guru, silahkan berkarya karena menjadi  guru tidak harus S.Pd. Semua orang yang punya keprihatinan dan mau bekerja dengan hati serta mau berkarya dengan sungguh-sungguh dialah Guru sejati. Karena belum tentu orang yang bergelar S.Pd  akan mengajar dengan hati yang murni dan membangun. Sekarang tantangan bagi S.Pd adalah apakah sudah menjadi guru yang benar-benar guru ataukah hanya sebatas gelar S.Pd saja. Metode mengajar yang tepat dan bekerja dengan hati untuk membangun dialah yang berkualitas untuk menjadi guru sejati khususnya di Papua. Anak-anak Papua tidak butuh banyak teori tapi sedikit teori dan banyak praktek. Apa yang kamu punya berikanlah kepada mereka yang membutuhkan. Tidak perlu banyak, karena sekecil apapun sumbangan kita itu sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan walaupun hanya mengajar baca, tulis, menghitung, menyanyi, dan memberikan motivasi untuk berkembang dan mandiri. Saya tidak mengajak semua sarjana menjadi guru tapi harapanya ini bisa menjadi refleksi kita bersama. Mari kita bersama bangun dan tingkatkan manusia Papua yang lebih baik dengan cara kita jika memang kalimat “Papua membutuhkan guru” juga menjadi keprihatinanmu.
Hm....cukup berat sekali bagi saya untuk merefleksikan ini, tapi pasti kita masing-masing memiliki jawaban terbaik. Salam juang. WagaOc
Paingan, 20/06/2012 4:11 P.M

Link:  http://wagaoc.blogspot.com/2012/06/menjadi-guru-tidak-harus-sarja.html
Read more »

Senin, 11 Juni 2012

Mahasiswa Papua Menuntut Segera Tarik Militer dari Tanah Papua


Yogyakarta-  Seluruh Mahasiswa yang bergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua Yogyakarta dan Solo melaksanakan aksi long march untuk menanggapi masalah pelaggaran Hak Asasi Manusia  yang terjadi secara rentetan di tanah Papua selama dua  bulan terakhir ini, antara bulan  Mei-Juni yang  dilakukan oleh TNI dan Polri. Pada hari Senin, (11/06).

Aksi long march yang  di mulai  pukul 10:00-14: 00 WIB, mahasiswa papua menuntut secara tegas kepada pemerintah Indonesia  agar  tidak terjadi pelanggaran HAM lagi maka, segera menarik militer organik maupun non organik dari seluruh tanah Papua. Dan segera bubarkan Batalion 753 Nabire dan Batalion 756 di Wamena, serta Kodam dari seluruh tanah Papua. 

Aksi long march  yang  star awalnya dari Asrama Papua, Kamasan I Yogyakarta menuju titik nol kilometer juga menuntut untuk segera tutup penambangan Ilegal di Degeiwo dan seluruh perusahan asing di tanah Papua. Karena penambangan yang dilakukan itu secara ilegal dan untuk mengamankan hal tersebut pihak keamanan telah membunuh  banyak masyarakat sipil Papua dan melakukan bisnis militer.

Dalam aksi kali ini juga, mahasiswa Papua menuntut untuk membuka  ruang demokrasi seluas-luasnya bagi rakyat Papua dan seluruh tanah Papua.  Aksi long march telah berjalan lancar dan seluruh rangkaian  aksi ini telah di tutup dengan doa oleh seorang perempuan Papua.  Ado.dt

Read more »

Minggu, 03 Juni 2012

Mahasiswa Papua yang Merindukan Kekompakan Dalam Berorganisasi

Banyak mahasiswa dan mahasiswi papua yang kehilangan arah melangka. Arah melangka yang dimaksud adalah dalam hal  berorganisasi. Karena  banyak  mahasiswa yang tidak beminat untuk mengikuti organisasi padahal, dalam organisasi kita  bisa belajar banyak hal. Salah satunya adalah bagaimana kita membangun kekompakan dalam organisasi itu. Walaupun mahasiswa  banyak  kesibukan.  Badan Pengurus harian harus bisa merangkul anggotanya karana  itu merupakan tugas dan tanggunnya. Tetapi akhir-akhir ini saya mengamati BPH  sibuk sendiri dan malas tahu dengan tanggung jawabnya.   Oleh karena itu berdampak pada  program kerjanya yang tidak berjalan sesuai. Lalu anggotanya juga malas tahu dengan keadaan tersebut.
Read more »