Selasa, 30 Oktober 2012

Transmigran Bebas Mengurus KTP, Mengancam Eksistensi Orang Papua

Foto Pemukiman transmigran di  Suaby, Wasior, Papua.

Yakobus Dogomo*)

Kita ketahui bahwa sejak tahun 1961-an para transmigran didatangkan  ke Papua yaitu: Arso, Koya, Nimboggran,Taja, Lereh Merauke,Nabire, Manokwari, Sorong. Tansmigran ini  menguasai  pelosok papua. Lahan-lahan kosong digunakan  untuk membangun rumahnya para transmigran.  Oleh karena itu, mengancam eksistensi orang asli Papua dan tersingkir dari semua lini kehidupan. Padahal,  di tanah Papua itu milik orang asli papua yang menjadi warisan leluhur orang asli Papua.

Hal tersebut didukung oleh kurang Kontrol  pemerintah Papua terutama dinas Kependudukan dalam membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP), maka transmigran gampan masuk ke Papua. Padahal, orang datang harus untuk mengurus KTP harus ditanya maksud kedatangan ke Papua lalu memberikan KTP.
Read more »

Neles Tebay: Memilih Jalan Damai



        Oleh: Henrikus Cil
     
  Di tanah Jawa, ada seorang tokoh yang sangat menarik untuk dicermati. Dia adalah Mgr. A. Soegijapranata, SJ. Semua keluarganya beragama Islam. Namun hanya Mgr. A. Soegijapranata, SJ yang pindah dan memutuskan untuk menjadi umat Katolik, beliau bahkan menjadi seorang pastor katolik. Terlebih lagi, beliau menjadi Uskup pribumi pertama di Indonesia pada masa penjajahan.

        Walupun telah menjadi seorang penganut agama katolik, Mgr. A. Soegijapranata,SJ tetap berpegang teguh pada filosfi Jawa yang telah diterima dari orang tua dan lingkungan tempat tinggalnya saat masih kecil. Malah setelah beliau menjadi pastor dan uskup, ia banyak mendidik orang Jawa dengan kombinasi ajaran Katolik dan dan filsafat Jawa. Sehingga banyak orang Jawa pada masa itu dapat dengan benar mengimani Tuhan dan menjadi Katolik karena Roh Kekatolikan yang dipupuknya di dada setiap insan.
Read more »

Minggu, 21 Oktober 2012

Makna Pujian

Setiap insan, mulai dari kanak-kanak sampai orang dewasa membutuhkan pujian. Mengapa pujian itu penting? Pujian adalah suatu penegasan bahwa apa yang dilakukan seseorang itu ada artinya. Boleh dikatakan bahwa, salah satu pengalaman paling buruk yang pernah dialami oleh manusia adalah pada saat ia merasa bahwa apa yang dilakukanya sama sekali tidak berguna dan tidak ada artinya. Suatu pujian dapat merangsang orang untuk melakukan lagi apa yang sudah dilakukanya, dengan cara berulang kali bahkan bisa lebih baik lagi.

Memuji orang lain yang melakukan sesuatu yang baik untuk orang yang kita puji. Mengapa? Karena dia akan mendapat penegasan bahwa perbuatanya itu bermakna bagi sesama dan mendapat dorongan untuk melakukannya lagi. Dengan memuji orang lain kita diajari untuk terbuka bahwa ternyata kebaikan dan orang baik ada di mana-mana. Secara tidak langsug juga kita diajar untuk rendah hati, tidak hanya diri kita saja yang mampu melakukan kebaikan, orang lain pun mampu melakukan hal itu. O_C
Read more »

Rabu, 10 Oktober 2012

FOKMAPA STPMD “APMD” Gelar Pelantikan BPH: Wadah Untuk Belajar Mengembangkan Diri

Kegitan Pelantikan BPH FOKMAPA @Agus

Yogyakarta- Forum Komunikasi Mahasiswa Papua Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa, mengelar kegiatan pelantikan Badan Pengurus Harian, di Ruang Seminar Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa. Kegiatan Pelantikan di laksanakan pada tanggal (10/09), di mulai pukul 02:00 WIB hingga selesai. Kegiatan di hadiri oleh 68 Mahasiswa Papua  yang sedang menganyam pendidikan di Kampus APMD, perwakilan dari  sesepuh Mahasiswa Papua  dan beberapa Dosen  serta Ketua STPMD “APMD” ini telah berjalan dengan lancar.
Read more »

Sabtu, 06 Oktober 2012

Kisah Cinta Lelaki Tua dan Gadis yang Malang

Dahulu kala ada seorang lelaki tua hidup sendirian di suatu wilayah yang penduduknya sangat jarang. Pada suatu hari lelaki tua mendengarkan kicauan burung Wiguwi yang menyampaikan pesan bahwa “woo yuwe woo tapa wiiyato” yang artinya pesta adat suku mee yang disebut dengan Yuwo akan dilaksanan dua hari kedepan. Sebelum barangkat untuk menyaksikan pesta Yuwo, lelaki tua itu menyiapkan  perlengkapan berupa busur dan anak panah.
Lelaki tua itu berangkat sehari sebelum pesta adat dilaksanakan. Setelah melakukan perjalanan yang panjang, tibalah lelaki tua  itu pada tempat dilaksanakan Yuwo. Lelaki tua tersebut langsung menuju ke tempat berdansa yang benama Emaida (Bahasa Mee- Papua). Setelah beberapa jam berlalu, datanglah seorang gadis “megetuatai yagamo“ yang artinya gadis yang suka memilih-milih laki-laki. Ketika mereka mulai berdansa pandangan mata gadis itu,  selalu tertujuh pada lelaki tua tersebut. 
Gadis itu pun tertarik dan jatuh cinta lelaki tua itu, karena di mata gadis itu kakek tua itu terlihat sebagai lelaki yang sangat tampan di antara ratusan laki-laki yang sedang berdansa bersama di rumah dansa (Emaa).

Keesokan harinya pesta yuwoo mulai, lelaki tua itu membeli daging babi yang sedang dijual, lalu memberikan kepada gadis itu untuk disimpan pada Noken (tas asli suku Mee) yang dibawa gadis  tersebut. Setalah itu  lelaki tua itu mengajak gadis tersebut untuk pulang ke rumah milik lelaki tua itu, namun di pertengahan jalan lelaki tua itu mengatakan bahwa “ Saya mau cari sayur paku untuk kita barapen babi itu. Kamu pergi ikuti jalan ini ke rumah yang ada di ujung sana itu karena itu rumah saya, jangan takut langsung masuk saja".

Gadis itu pun pergi dan berjalan sesuai yang diperintahakan oleh lelaki tua tersebut. Setibanya di rumah  yang berada di tengah hutan, ia langsung masuk ke dalam rumah tersebut.  Gadis itu, melihat kesebelah ada seorang leleki tua yang umurnya diperkirakan 100-an tahun, sedang duduk asyik dan mengisap rokok dengan mengeluarkan segumpul asap dari mulutnya. 
 
Sejak awal gadis tersebut  masuk ke rumah, pandangannya selalu dialihkan ke arah pintu. Ia menanti kedatangan sang kekasihnya yang tadi berjanji pergi untuk mecari sayur paku. Suara Jangkrik pun berbunyi, menandakan hari mulai malam. Lelaki tua yang diperkirakan 100-an tahun itu pun menutup pintu rumah tersebut.
Lalu gadis itu bertanya pada lelaki tua itu "Anakmu belum datang?". Jawab lelaki tua itu, ‘’Tunggu siapa lagi, mari daging babi yang tadi saya beli itu supaya kita barapen’’.
Gadis itu kaget dan berlari pergi meninggalkan lelaki tua itu, tetapi tiba-tiba jalannya tertutup dengan tembok batu. Oleh karena itu, gadis itu terjebak dan tak bisa jalan kemana-mana. Tembok itu tidak juga terbuka selama satu minggu, air mata pun banjir membasahi pipi gadis itu tiada hentinya. 
 
Akhirnya gadis itu merasa lelah menunggu tembok itu terbuka maka ia menanyakan pada lelaki tua, katanya “ Apa nama tembok yang menutupi jalan itu? ” jawab lelaki tua itu, " kouko imoumi mogo imotou mogo kodoko amadi". artiya "Itu tembok kehidupan dan keselamatan".. Lalu gadis terdiam dan merenung setelah beberapa menit gadis itu menyanyikan sebuah nyanyian tradisional [Gowai: Bahasa Mee]:

Edoupeu…
egaipeu adama kiima…
umeetai kouko odooo danino beh daniino…
kouwaiko imoumi mogo
imotou mogo wouto kouya…
woopi naatita…
amopi naatita…

Yang artinya

Ku tak mau hidup dengan lelaki tua ini
Ku tak mau hidup dengan lelaki tua yang jelek ini
Andaikan seseorang membawa aku kesebelah
Tembok kehidupan dan keselamatan ini
Ku tak mau kembali lagi

Setalah mendengarkan nyanyaian gowai tersebut dari gadis itu dan Lelaki Tua itu pun membalas dengan sebuah nyanyian gawai:

apiii………..-apiii………….
uwoh manaa meime kati…………..
piyaa manaa meime kati……………
keiwaiko imoumi mogo
imotou mogo watiya kigaa…………
inai mitouya woo abonaii kidiki…….

Yang artinya:

sayang……….-sayang…………
Jika engkau pergi dariku
Ku suruh siapa untuk timbah air
Dan ku suruh siapa untuk cari kayu bakar
Tinggallah bersamaku untuk selamanya…

Setelah itu gadis itu masuk kembali ke dalam rumah lelaki tua itu.  Gadis itu terpaksa memilih tinggal bersama lelaki tua itu selamanya, karena  tidak bisa pergi kemana-mana lagi , akhirnya mereka berdua menikah dan memulai hidup baru sebagai sepasang suami istri.

Cerita dongeng ini berpesan kepada kita semua khususnya pada kaum mudah bahwa, jika kita tertarik pada seseorang jangan dilihat dari harta dan wajah (tampang luar) saja, karena 
tampang luar tidak menjamin hidup kita akan bahagia justru dapat menipu dan hidup kita akan kacau, menderita, dan menyesal seperti dongeng diatas ini, tetapi jika kau mencintai seseorang lihatlah ketulusan hatinya untuk mencintai dengan tulus maka hidup kita akan dipenuhi dengan kebahagiaan. [Mikael Tekege]

Yogyakarta, 6 Oktober 2012.

Read more »