Senin, 12 November 2012

Pemekaran dan Kepentingan Segilintir Orang di Papua


Oleh: Abraham Goo*)

Pemekaran wilayah di era reformasi memunyai tujuan untuk membangun daerah –daerah terisolasi, agar tersentuh akan pembangunan secara fisik dan non-fisik untuk menuju kesejateraan rakyat. Tetapi tujuan itu belum nampak karena pemekaran yang terjadi didasari pada rasa ketidakpuasan  segilitir orang yang tidak  memenangkan satu pesta demokrasi, gila jabatan, dan orang-orang memunyai ambisi yang besar.

Padahal, tujuan pemekaran  untuk mengatasi masalah kesenjangan pembangunan secara fisik dan non-fisik. Selain itu pemekaran dibuka karena  memunyai wilayah yang laus tidak dapat dijankau oleh pembangunan, meningkatkan pendapatan masayarakat, membuka kesempatan kerja, kesempatan memperoleh pendidikan, kesehatan dan lain-lain.  Hal tersebut tidak terjadi yang terjadi malah segilitir orang mengejar kentingannya sendiri.


Hemat saya belum nampak namanya pemekaran untuk meningkatkan kesejateraan rakyat. Karena yang terjadi di Papua adalah  konflik antara kelompok masyarakat, konflik kepentingan  antar pejabat. Konflik yang terjadi diakibatkan dari ketidakpuasan segilitir orang yang memunyai kepentingan yang melibatkan masyarakat. Hal itu yang sedang terjadi di daerah-daerah pemekaran. Contohnya sementara yang sedang terjadi di Kabupaten Dogiyai.

            Selain itu, menurut Pdt. Socratez Sofyan Yoman, Pemekaran di Papua hanya demi kepentingan kelompok-kelompok atau orang-orang tertentu dalam mengkotak-kotakkan orang Papua, kemudian sebagai jalan masuk aparat keamanan (TNI, Polisi, Kopasus, Intelijen) dan jalan masuk para transmigrasi Jawa ke Papua secara besar-besaran.

            Orang Papua dijadikan seperti Babi dalam kandang, yang telah di kotak-kotakkan. Sangat disayangkan bagi orang papua sudah di kotak-kotakan masih di kuasai oleh penduduk-penduduk pendatang dari laur Papua. Sehingga orang Papua akan terus terpinggirkan di atas tanahnya atau sebagai obyek di atas tanahnya sendiri.

            Menurut Jhon Gadaby Giyai (emudai), Pendidikan Papua dalam Otsus. hlm 6. 3M (Miliyard, Makan,  dan Mati) menjadi penyakit masa kini yang tidak terselesaikan. Makan anak-anak yang dididik bukan bukan dihasilkan melalui pendidikan berkualitas adalah hanya berorientasi  pada ideologi hendonisme dan konsumerisme.

    Kabupaten baru hanya demi kekuasaan dan uang oleh segiltir orang di Papua, Rakyat Papua semakin miskin, semakin terpinggirkan, dan semakin menderita di atas tanahnya yang kaya akan sumber daya alam. Oleh karena itu, solusinya stop meminta pemekaran di Papua, karena pemekaran yang ada di Papua sudah tidak berjalan dengan baik, pemekaran juga menjadi tempat segilintir orang mencari kepentingan.


 Penulis: Mahasiswa Simester I,  Jurusan Teknik Mesin, SSTA Yogyakarta

0 komentar:

Posting Komentar