Oleh: Abraham Goo*)
Pemekaran wilayah di era
reformasi memunyai tujuan untuk membangun daerah –daerah terisolasi, agar
tersentuh akan pembangunan secara fisik dan non-fisik untuk menuju kesejateraan
rakyat. Tetapi tujuan itu belum nampak karena pemekaran yang terjadi didasari
pada rasa ketidakpuasan segilitir orang yang
tidak memenangkan satu pesta demokrasi,
gila jabatan, dan orang-orang memunyai ambisi yang besar.
Padahal, tujuan pemekaran
untuk mengatasi masalah kesenjangan
pembangunan secara fisik dan non-fisik. Selain itu pemekaran dibuka karena memunyai wilayah yang laus tidak dapat
dijankau oleh pembangunan, meningkatkan pendapatan masayarakat, membuka kesempatan
kerja, kesempatan memperoleh pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Hal tersebut tidak terjadi yang terjadi malah
segilitir orang mengejar kentingannya sendiri.
Hemat saya belum nampak
namanya pemekaran untuk meningkatkan kesejateraan rakyat. Karena yang terjadi
di Papua adalah konflik antara kelompok
masyarakat, konflik kepentingan antar
pejabat. Konflik yang terjadi diakibatkan dari ketidakpuasan segilitir orang
yang memunyai kepentingan yang melibatkan masyarakat. Hal itu yang sedang
terjadi di daerah-daerah pemekaran. Contohnya sementara yang sedang terjadi di
Kabupaten Dogiyai.
Selain itu, menurut Pdt. Socratez Sofyan Yoman, Pemekaran di
Papua hanya demi kepentingan kelompok-kelompok atau orang-orang tertentu dalam
mengkotak-kotakkan orang Papua, kemudian sebagai jalan masuk aparat keamanan
(TNI, Polisi, Kopasus, Intelijen) dan jalan masuk para transmigrasi Jawa ke
Papua secara besar-besaran.
Orang Papua dijadikan seperti Babi dalam
kandang, yang telah di kotak-kotakkan. Sangat disayangkan bagi orang papua
sudah di kotak-kotakan masih di kuasai oleh penduduk-penduduk pendatang dari
laur Papua. Sehingga orang Papua akan terus terpinggirkan di atas tanahnya atau
sebagai obyek di atas tanahnya sendiri.
Menurut Jhon Gadaby Giyai (emudai),
Pendidikan Papua dalam Otsus. hlm 6. 3M (Miliyard, Makan, dan
Mati) menjadi penyakit masa kini yang tidak terselesaikan. Makan anak-anak yang
dididik bukan bukan dihasilkan melalui pendidikan berkualitas adalah hanya
berorientasi pada ideologi hendonisme dan konsumerisme.
Kabupaten baru hanya demi
kekuasaan dan uang oleh segiltir orang di Papua, Rakyat Papua semakin miskin,
semakin terpinggirkan, dan semakin menderita di atas tanahnya yang kaya akan
sumber daya alam. Oleh karena itu, solusinya stop meminta pemekaran di Papua,
karena pemekaran yang ada di Papua sudah tidak berjalan dengan
baik,
pemekaran juga menjadi tempat segilintir orang mencari kepentingan.
Penulis: Mahasiswa Simester I, Jurusan Teknik Mesin, SSTA Yogyakarta
0 komentar:
Posting Komentar