Rabu, 28 November 2012

Bersatu Untuk Menaklukan Musuh di Papua



Oleh: Abraham Goo

“Bersatu kita menang, bercerai kita kalah” ungkapan ini tidak lazim lagi buat kita semua. Persatuan merupakan satu hal utama dalam menaklukan sesuatu. Persatuann yang dimaksud adalah pikiran dan hati setiap individu. Dalam menjaling persatuan dan kesatuan membutuhkan  pengertian dan saling melengkapi, karena manusia pada hakekatnya, mahkluk sosial.  

Sebagai contohnya, dalam suatu pertandingan sepak bola yang dimainkan oleh sepuluh pemain termasuk satu penjaga gawang, kerja sama tim dalam permaninan yang saling pengertian menjadi suatu kesatuan dalam mencapai kemenangan.  Setiap sektor dan lini masing-masing posisi memiliki peranan masing-masing (mulai dari kiper hingga striker) yang saling bekerjasama dalam usaha untuk mencapai kemenangan dengan mudah. Jika kesatuan dan persatuan orang Papua seperti dalam suatu pertandingan sepak bola itu, maka pastilah dapat mencapai hasil secara cepat dan sesuai target. 

Sebiah perjuangan pasti tantangan ibarat  “ada terang maka ada juga gelap”. Terang itu siang dan yang gelap itu malam. Jika ada usaha untuk mencapai kemenangan dalam perjuangan pasti ada lawan yang menghalangi pencapaian perjuangan itu. Kebenaran identik dengan kemenangan, dengan persatuan dan kesataun maka kemenangan dapat dicapai.

Melihat konteks Papua,  banyak terjadi masalah di semua lini kehidupan orang Papua. Kami akan ditutuntut pada akhir hidup dalam menjaga alam yang diberikan Tuhan kepada kami “Dimanakah tanggungjawabmu dalam menjaga atas semua yang telah kiberikan itu”  Alam dan nenek moyang-Mu menangis melihat perkataan dan perbuatan dengan menjadi kaki tangan kapitalisme dan penjajah yang sedang merusak.

Seperi yang ditulis (Patrick Yakobus , dalam majalah selangkah Senin, 19 November 2012 pukul 15:52:23). Baca; http://majalahselangkah.com/hikmah-devide-et-impera-belanda-dan-kemerdekaan-ri/ Bahwa ada unsur-unsur yang dijadikan teknik dalam politik ini. Pertama, menciptakan atau mendorong perpecahan dalam masyarakat untuk mencegah aliansi yang bisa menentang kekuasaan berdaulat. Kedua, membantu dan mempromosikan mereka yang bersedia untuk bekerjasama dengan kekuasaan yang berdaulat. Ketiga, mendorong ketidakpercayaan dan permusuhan antar masyarakat. Keempat, sistem represif dan pengkrimminalisasian gerakan.Kelima, penguasaan media massa.

Benarkah demikian?

Socratez Sofyan Yoman, tokoh Gereja Baptis Papua yang dikenal vokal memperjuangkan kemerdekaan bumi Cendrawasih ini cukup sering tampil di media masa baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam musyawarah Pelajar dan Mahasiswa Puncak di Aula Museum Wena-Jayapura, Mengatakan bahwa pemekaran merupakan jalan masuk transmigrasi dan militer secara leluasan ke Papua dalam upaya mempersempit pergerakan dan memecah belah persatuan dan kesatuan antar orang  Papua.

Peta peran dan kepentingan serta pelaku internasional dalam konflik di Papua cukup dinamis. Di kalangan pelaku Negara dukungan Internasional terhadap gerakan Papua merdeka hampir tidak ada. Papua secara formal masih diakui sebagai bagian sah dari Republik Indonesia. Keprihatinan utama kalangan Internasional sekarang terletak pada rendahnya kesungguhan Pemerintah Pusat untuk menjalankan UU Otsus secara konsisten dan untuk memperbaiki kualitas penegakan HAM di Papua (Lukas Peyon, “Ada Rencana Lain di Bawah Meja. Dalam Suara Perempuan Papua, No 38 Tahun III, 14-20 Mei 2007”), Persoalan di Tanah Papua tidak akan pernah dipersoalkan, karena:

Papua merupakan Pintu Gerbang Emas

Papua yang memiliki luas: 160.000 mil² sering di kenal dengan Negeri cenderawasi, jin dan bunga anggrek. Telah menjadi kesepakatan para sejarahwan bahwa Papua di pandang sebagai suatu kelangsungan dari Benua Australia yang  letaknya di zona tropika atas dasar topografi alam, tumbuh-tumbuhan dan hewannya (http://misteridigital.wordpress.com/2007/06/30/misteri-pulau-berusia-jutaan-tahun/). Negeri Papua sangat terkenal akan kekayaan alamnya dari emas, emas cair, minyak tanah, nikel hingga kulit pohon maserei dan lain-lain. Kekayaan alam ini mengundang penancapan peradaban  kapitalisme besar-besaran oleh para pendatang asing di Papua . Penancapan peradaban kapitalisme ini menjadi sumber konflik di tanah Papua.
Baca: http://chirpstory.com/li/6297 “Jika 480 triliun itu dibagi ke 2.8 juta penduduk papua. Rata-rata  per orang punya kekayaaan = Rp. 171 juta per orang, termasuk bayi yg baru lahir”. Kekayaan tersebut akan dikuasai oleh Bangsa lain (termasuk integral orang Papua yang menjadi kaki tangan kapitalisme dan penjajah atas tanah Papua) yang memperlakukan penduduk pribumi menderita di atas wilayah mereka. Tetapi Tuhan akan menghukum mereka dengan berbagai bencana sehingga mereka akan mengeluarkan biaya mereka untuk membiayai bencana tersebut sehingga anggaran mereka akan habis. Maka,
Harus sadar, bersatu dan lawan.

Pertama-tama harus duduk dan merenungkan sebentar dan sadar bahwa saya adalah orang Papua “kaum yang di tindas”. Seperti pada saat anda memikirkan bagaimana cara menaklukkan wanita yang anda Cintai. Cinta tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata karena cinta itu berasal dari dalam lubuk hati yang paling dalam “membutuhkan pengertian dalam tindakan nyata”, maka seperti itulah kesadaranMu akan rasa memiliki bahwa aku Papua, hitam kulit, keriting rambut dan mereka “Melanesia” adalah saudara ku. Kami adalah satu = sama-sama Papua.

Terus bersatu dan lawan. Seperti halnya dalam permainan sepak bola bersatu dalam satu tim (memiliki peranan masing-masing) dalam menaklukan lawan. Merupakan suatu contoh yang pas bila orang Papua dalam pertanggungjawaban sebagai ciptaan Tuhan yang menjaga dan melestarikan alamnya yang dirusak, dalam menggepur dan mendobrak kaum kapitalisme dan penjajah.

Penulis Mahasiswa Sekolah Tinggi Tenik Adisujibto Yogyakarta

0 komentar:

Posting Komentar