Yogyakarta- Stube-HEMAT mengadakan kegiatan dengan tema besar “ Gereja di mana? Dan sedang apa? “ Di erah Globalisasi ini. Acara diikuti oleh mahasiswa yang sedang menganyam pendidikan di daerah Istimewa Yogyakarta yang datang dari berbagai daerah diantaranya: Papua, Ambon, Sulawesi, Jawa, Kalimatan, Sumatera, dan mahasiswa asal Negara Timor Leste. Acara tersebut berlansung selama 3 hari, mulai dari hari Jumat tanggal 9 - 11 Minggu.
Kegiatan yang diadakan oleh Stube-HEMAT yang memunyai visi bahwa membagun kesadaran manusia, khususnya mahasiswa dan pemuda untuk memahami masalah sekitarnya. Mahasalah social, masalah HAM, dll. Manariknya dalam acara ini bahwa focus membahas bagaimana peran gereja sebagai persekutuan [kumpulan manusia] yang telah dipanggil untuk melanjutkan karya Allah. Cara memandang dan mengatasi masalah social yang sedang terjadi sekarang die rah globalisasi ini.
Dalam acara ini mengudang pembicara-pembicara yang membahas masalah Gereja di mana dan sedang Apa?. Pembincara diantaranya, pembicaraan pertama: mengenai “perkenalan Stube-HEMAT” oleh Ariani Narwastujadi, S.Pd.,S.S., kedua “Posisi Gereja dan Peran di Tengah Arus Globalisasi” oleh Pdt. Dr.Jozef M.N. Hehanussa, ketiga; Gereja dan Tanggungjawab Sosial [Keberpihakan Pada Kaum Miskin] oleh Prof.Dr.J.B. Banawiratma. Ke empat; Gereja yang Kontekstual Transpormatif [Membangun Komunitas Berbasis yang Kontekstual dan Transformatif], oleh Pdt. Dr. Djoko Prasetyo Wibowo, kelima; Spritualitas Transformatif, oleh Esaol Agustrianto, MA dan, ke enam; FGD oleh Pdt. Mathelda Yeanne Tadu.
Selain melakukan pembicaran diruang seminar para anggota yang terlibat dalam kegiatan stube-hemat tersebut diajak untuk langsung terjun lapangan untuk melakukan Esposure atau sharing ke gereja-gereja dan lembaga Kristen / Katolik. Dalam kegiatan terjun lansung yaitu para anggota langsung untuk melihat gereja sedang melakukan apa di saman sekarang ini?. Ternyata gereja juga tidak tinggal diam dan sedang melakukan beberapa kegiatan, sebagai lembaga atau konstitusi diantanya, mengembangkan Pertanian Organik di Gereja Kriten Jodhog, membantuk Tim persiapan untuk membantuk korban bencana disingkat YAU, membantu Ekonomi masyarakat dan menegahkan masalah kedilan,kebenaran [GEMA Geyajaan] dan di Rumah Sakit CD Betesda melakukan pelayanan terhadap umat yang sakit. Namun sangat disayangkan karena, semua hal yang dilakukan tersebut belum nampak dan belum dikenal oleh kalangan publik.
Kalangan belum mengetahui karena pihak gereja karena banyak masalah yang dihadapi diantaranya adalah tekanan Birokrasi pemerintah. Personal yang melakukan semua kegiatan ini kurang, berikutnya bahwa pihak gereja pun telah melupakan visi awal dari mendirikan gereja tersebut karena telah terjebak dalam saman yang sedang berkambang, peran umat untuk berpartisipasi kurang, ada pradigma yang berkambang bahwa mau melakukan kristianisasi, selain itu juga peran kaum mudah sebagap generasi penerus kurang untuk melihat masalah yang sedang terjadi disekitar kita.
Melihat situasi tersebut maka kaum mudah sebagai egen perubahan harus mendorong gereja agar tetap eksis untuk berjalan. Karena mengatasi masalah atas kerjasama komunitas pasti ada jamin untuk mengatasi masalaj sedikit. Acara ini ditutup dengan tarian adapt Negara Tetanngga Timor Leste dan Doa Penutup yang dipimpin oleh Paulus Mahasiswa Teologi Universitas Duta Wacana [UKDW] Daerah Istimewa Yogyakarta. [Ado.dt]
0 komentar:
Posting Komentar